Recent content by BadFace

Waktu berputar, kepingan-kepingan memori datang-pergi Samar siluet buram monokrom terabadikan Kala kau mencubit pipiku, kala engkau menggendongku Pasir itu masih terasa di jemari kakiku Juga ombak yang mencoba menarik kesadaranku Di bawah langit biru, memori yang terhanyut dalam tawa Kugenggam...

Mungkin... mungkin semua itu semu Bermain dalam imajimu Kala mendapatkannya lebih utopis daripada sebuah mimpi Ya, saat engkau mengharapkan sesuatu yang nyata Kau tahu? Mungkin engkaulah yang sedang ada dalam mimpiku Mengusik tiap malamku, melamunkan siangku Lancang memang, tapi aku tak bisa...

Kalo dari rulesnya sih yg gk boleh cuman "lirik lagu" :hammer: Tp beberapa saya baca thread disini jg lebih kearah "curhat" daripada puisi yg notabene dari segi bahasa lebih tersirat dan bermakna luas. Kalau masih satu tema, atau thread-nya sendiri dibuat sebagai "kumpulan" atau gk terikat tema...

Dering nada yang mengusik Membentuk sebuah alternatif realita Membuai jari menari Melupakan yang berada pada pandangan Kau tidak berada padaku Aku juga tak tahu dimana aku Dua cangkir tak kosong Dan perbincangan yang kosong ---------- Meja no. 4 di sebuah cafetaria, Desember 2018.

Bagian ketiga dari cerita saya sebelumnya(Scars & Remorse), sekaligus menjadi bagian akhir. Sebuah kisah yang akhirnya saya buat versi yang ‘sebut saja puisi’-nya dan saya bagi menjadi 3 bagian. Yah... semoga saja suka. Sangat terbuka untuk kritik dan saran. :ampun:

Aku melihatmu lagi, dan tersenyum Kupeluk jiwaku yang hilang Lirih terdengar nada-nada dari bibirmu Lagu dansa kesukaan kita Aku bukan lagi ombak Aku juga bukan seekor keledai buta Serapah tak lagi keluar dari bibirku Hanya tawa yang t’lah lama kurindu Lupakan tentang rasa sakit, debu, dan...

Sinar rembulan dan bintang-bintang meredup Terhalang sinar lampu dari sebuah bianglala Juga tawa kebahagiaan dari dalamnya Tawa dari sepasang manusia Ya, itu kita Aku masih ingat gemerlap lampu itu Juga senyumanmu Saat dimana kuberharap sang jarum berhenti Apakah ini jalan untuk menemuimu? Aku...

Aku kembali ke tempat itu Tempat dimana aku melupakanmu Botol-botol dan gemerlap lilin Tempat utopis yang berisik Perasaan ini semakin mencekikku Gemerlap lilin terasa memudar Juga suara berisik kian meredup Ahh..., cukup. Kini saatnya pulang dan menyapamu Sebuah benda menggantung dengan...

Seonggok raga tanpa jiwa Berjalan mencarimu yang kini tak bersuara Tak juga kujumpa dirimu Bahkan sekedar cerita orang yang melihatmu Kini aku ragu, Aku atau engkau yang menghilang Sungguh kejam, menusuk, menikamku Kau yang bunuh, kau yang tusuk Kuputar kembali memori tentangmu Aku ingat kata...

Aku berjalan dengan langkah keraguan Mencoba menemuimu yang tiap hari diagungkan Tak di rumahmu, di pusat perbelanjaan, maupun di reruntuhan Dimana engkau sebenarnya? Aku terbaring disini Aku tidak dapat merasakan waktu Atau merasakan perasaan yang dulu sering menyelimutiku Kini t’lah dingin...

Aku mengaduh, menadah Mengapa engkau tidak datang? Aku mencari, menerka, dimana? Aku menuju rumahmu, kau membisu Banyak hal yang mengusikku Wajah-wajah asing, juga yang kukenal Mereka bergantian memberiku senyum Muak! aku muak melihat empati itu! Kau tahu? Aku hanya perlu menemuinya Kau itu...

Aku berjalan menujumu yang terlupakan Melewati lorong penuh belukar Tersesat dalam tempat tak bertuan Tertutup debu, karat, dan ilalang Hening, tak bersuara Mencoba menerka kehidupan, Dan merangkai puing-puing ingatan, Darinya yang sudah tergeletak tak bernyawa Waktumu telah usai Hanya...

Sebaiknya air hangat sih, bikin relax si kucing juga. Soalnya sepengalaman saya... kalo pake air dingin kucingnya kaget, walaupun pelan sih ngasih airnya. Selain kaget, si kucing juga nyakar :sendirian: , ya refleks si kucing aja sih....

Maaf, mungkin bisa di-edit sedikit tulisannya. Baca rules bagian larangan no.1.

Sebuah kisah lanjutan dari rangkaian cerita puisi saya sebelumnya, "Scars". :ampun: